Home » » habib husein alatas Petinggi fpi menyampaikan Khutbah Jumat di Masjid Agung Karimun Kepulauan Riau

habib husein alatas Petinggi fpi menyampaikan Khutbah Jumat di Masjid Agung Karimun Kepulauan Riau

Posted by Belalang News on Kamis, 11 Mei 2017

Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Ada hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin saat membawakan Bab “Memerintahkan pada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran“. Di antaranya, beliau membawakan hadits dari An Nu’man bin Baysir berikut ini.
Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html

Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Ada hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin saat membawakan Bab “Memerintahkan pada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran“. Di antaranya, beliau membawakan hadits dari An Nu’man bin Baysir berikut ini.
Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html

Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Ada hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin saat membawakan Bab “Memerintahkan pada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran“. Di antaranya, beliau membawakan hadits dari An Nu’man bin Baysir berikut ini.
Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Ada hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin saat membawakan Bab “Memerintahkan pada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran“. Di antaranya, beliau membawakan hadits dari An Nu’man bin Baysir berikut ini.
Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html


Belalang News, Tanjung Balai Karimun, 
habib husein alatas, Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama. 

مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
   مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا  

Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal.Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kalaingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andai kata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.”Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).
Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html

Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Ada hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin saat membawakan Bab “Memerintahkan pada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran“. Di antaranya, beliau membawakan hadits dari An Nu’man bin Baysir berikut ini.
Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html
Kita semua bisa selamat, jika saling menasehati satu dan lainnya. Jika ada saudara kita yang berbuat kesalahan, maka kita ingatkan, ini akan membuat kita selamat. Namun jika kita biarkan, malah kita semua akan tenggelam. Bagaikan kapal yang ditumpangi oleh dua kelompok, ada yang di atas dan di bawah. Jika penumpang bagian atas tidak mengingatkan bagian bawah bahwa jangan sampai mengambil air dengan cara membocori kapal, tentu semuanya akan tenggelam. Itulah pentingnya ingkarul mungkar terhadap sesama.

Ada hadits yang disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Riyadhus Sholihin saat membawakan Bab “Memerintahkan pada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran“. Di antaranya, beliau membawakan hadits dari An Nu’man bin Baysir berikut ini.
Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).


Sumber : https://rumaysho.com/3659-mengingkari-kemungkaran-biar-selamat-dari-tenggelamnya-kapal.html

Thanks for reading & sharing Belalang News

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar